Pagi yang
cerah, Rian segera bangun pagi dan tidak lupa menggosok gigi mandi,
memakai seragam putih biru lengkap dengan syal biru dasi. Lalu, Rian menunggu sahabatnya untuk sarapan dan berangkat ke sekolah bersama-sama dan
diberi uang saku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembaca: “JANGAN
NGODE!"
Narator: “Iya!
Iya!”
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama
sahabatnya Tio. Dia selalu bersama dengan Rian sebagai tetangga sejak berusia 4
tahun. Dia juga hampir sekelas dengannya. Selama ini, Rian menggangap kalau dia
baik dan tidak merasakan keanehan dari dia.
“Rian, ada
PR Prakarya nggak?” tanya Tio.
“Umm....
kayaknya nggak deh, Tio!” jawab Rian.
TENONENG-NONENG!!!
Bel berbunyi tiga kali tanda masuk. Mereka segera berlari ke kelas dan segera
membentuk barisan. Mereka biasanya paling belakang. Pelajaran kali ini adalah pelajaran
IPS. Setelah itu, mereka langsung istirahat 15 menit. Mereka selalu mengunjungi ‘Jembatan
Cinta’.
Jembatan Cinta
adalah jembatan yang terletak di area paling atas. Jika kalian mengunjunginya,
akan terlihat seperti simbol as. Konon, jembatan ini dikunjungi untuk tempat
bunuh diri para jomblo laki-laki aja (mungkin nyari jodoh kali yak :P
*digebukin*).
Selain itu,
mereka juga sering membeli coklat untuk dimakan (ya iyalah) dan juga pulang
sekolah dengan jalan kaki (nih cerita gaje amat yak! Kapok dah gue baca).
* * *
Suatu hari,
Tio memberikan sebuah kartu kepada Rian. Ketika Rian hendak membuka bungkusnya, Tio
melarangnya, “Jangan dibuka dulu, baca aja di rumah.” Rian langsung menurutinya.
Malam harinya,
Rian langsung membuka bungkusnya dan membacanya.
Kepada: Rian
Ponyville Malang, 2
Maret 2069
Hai, Rian!
Nanti ke rumah aku, yak! Aku ada acara pesta. Nanti hari Sabtu jam 3 sore. Aku
tunggu, yak!
Sahabatmu,
Tio
“Hhhhmmmm.....
Barangkali dia ultah. But wait, dia kan ultah tanggal 4 April! Mending ane
nurutin dia aja, dah!” pikirnya sambil menarik selimut dan menutup mata.
Pada Sabtu sore,
Rian mengunjungi ke rumah sahabatnya. Dia langsung memanggilnya. Tetapi tidak ada
jawaban. Dia segera mencarinya, tapi tidak menemukanya. Dia memutuskan duduk di
bangku yang kebetulan dekat dengan taman.
Beberapa
menit kemudian, Rian merasakan kantuk dan pusing. “Uuuaaahhhmmm..........Ugh!
Ane kok ngantuk, yak?” lalu dia tertidur.
* * *
Ketika Rian terbangun, dia berada di ruangan gelap. Dia merasakan tangannya tidak bergerak
dan kakinya tertarik oleh sebuah tali. Setelah diselidiki, 'Astaga! Ternyata
tanganku seolah-olah digantung!' batinnya
Rian mencium
bau darah dan melihat beberapa kepala dan tengkorak yang terlepas. Di pojokan terdapat benda-benda tajam dan di tengah ruangan terdapat mesin yang mirip dengan pengecekan barang di bandara. Mesin itu berukuran sangat besar.
Dia juga melihat sahabatnya yang berjalan pelan menghadap kepadanya. "Hai, Rian! Bagaimana reaksimu? Baik?"
"Hihihi! Baik, kok! BTW, kamu ditangkap juga?"
"Hehehe... Aku juga, kok! Tenang aja, tidak ada yang aneh-aneh, kok!"
"Hngg.... Benda apa yang ada di tanganmu?"
"Oh, ini permen! Mau?"
"Tidak, terima kasih!"
"Enak, kok! Percayalah, permen ini tidak membahayakan kamu, kok!"
"Tidak"
"Udah, untuk kamu aja!"
Rian sempat ragu untuk menerima permen itu. Setelah berpikir, Rian menerimanya karena Tio sahabat terbainya. "Okelah! Boleh aku cicipin?"
"Wah! Boleh aja!" jawab Tio dengan gembira.
Rian segera menyicipinya dan seketika dia pingsan.
"Du... Du... Du! Saatnya pengeoperasian! Aku sebenarnya benci kepadamu karena kelebihanmu!" dendam sahabatnya sambil mengambil pisau dan gerjaji.
Ketika Rian sadar, dia berada di dalam mesin tersebut. Dan terlihat sahabatnya dengan baju berlumuran darah dengan tongkat di tanganya, "Ketujan buat kamu!"
"AAAAKKKKHH.... SILAU!!" jeritnya sambil menutup mata. Tetapi, tidak cukup untuk menghindari silaunya lampu itu. "Cukup Tio, cukup! DASAR! SAHABAT MACAM APA KAU INI? SAHABAT MUNAFIK!" *capslock jebol*.
"Tenanglah, Rian!"
"TIDAK! HENTIKAN RENCANA GILA INI!"
Tidak sengaja Tio memencet tombol penyetrum.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriak Rian sambil menjerit.
Dan saat itu dia hampir sekarat.
Ketika Rian membuka mata, dia melihat disekitarnya. Dia terbaring, kaku, dan berlumuran darah. Dokter dan suster. Ya, dia melihatnya dan bertanya. "Pak, dimana saya?"
"Kamu ada di rumah sakit, nak!" jawab Dokter.
"Siapa yang mengantarkan saya ke sini, pak?"
Seseorang dengan kaos putih dan celana pendek kuning."
Rian langsung mengingat sekali lagi. Umm... Kaos putih. Ya, sahabatnya mengenakan kaos putih. Celana pendek kuning? Huummm... Mungkin saja. Dia selalu mengenakan celana pendek kuning ketika di rumah.
"Dan tambahan juga, kamu harus beristirahat selama 2 minggu" tambah dokter.
Ughh...., batinnya.
Saat Rian 'bebas dari kamar yang tidak menyenangkan, dia pergi ke sekolah dengan kursi rodannya seorang diri. Ketika sampai, dia disambut oleh teman karena kerinduannya. Ada juga yang terheran-heran.
Saat masuk kelas, guru matematika langsung mengecek kehadiran siswa. "Tio?"
"Sakit, bu!" jawab para siswa.
Rian yang duduk di sebelah Tio langsung melihat bangkunya. Dia lalu merasakan kebahagiaan bercampur kekecewaan. Dia mungkin akan menjadikan Tio sebagai teman biasa atau bahkan menjadi musuh bagi dirinnya.
Narator: "SELAMAT! ANDA BERHASIL membaca cerita gaje ini!" *ga penting*
"Hihihi! Baik, kok! BTW, kamu ditangkap juga?"
"Hehehe... Aku juga, kok! Tenang aja, tidak ada yang aneh-aneh, kok!"
"Hngg.... Benda apa yang ada di tanganmu?"
"Oh, ini permen! Mau?"
"Tidak, terima kasih!"
"Enak, kok! Percayalah, permen ini tidak membahayakan kamu, kok!"
"Tidak"
"Udah, untuk kamu aja!"
Rian sempat ragu untuk menerima permen itu. Setelah berpikir, Rian menerimanya karena Tio sahabat terbainya. "Okelah! Boleh aku cicipin?"
"Wah! Boleh aja!" jawab Tio dengan gembira.
Rian segera menyicipinya dan seketika dia pingsan.
"Du... Du... Du! Saatnya pengeoperasian! Aku sebenarnya benci kepadamu karena kelebihanmu!" dendam sahabatnya sambil mengambil pisau dan gerjaji.
Ketika Rian sadar, dia berada di dalam mesin tersebut. Dan terlihat sahabatnya dengan baju berlumuran darah dengan tongkat di tanganya, "Ketujan buat kamu!"
"AAAAKKKKHH.... SILAU!!" jeritnya sambil menutup mata. Tetapi, tidak cukup untuk menghindari silaunya lampu itu. "Cukup Tio, cukup! DASAR! SAHABAT MACAM APA KAU INI? SAHABAT MUNAFIK!" *capslock jebol*.
"Tenanglah, Rian!"
"TIDAK! HENTIKAN RENCANA GILA INI!"
Tidak sengaja Tio memencet tombol penyetrum.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriak Rian sambil menjerit.
Dan saat itu dia hampir sekarat.
* * *
Ketika Rian membuka mata, dia melihat disekitarnya. Dia terbaring, kaku, dan berlumuran darah. Dokter dan suster. Ya, dia melihatnya dan bertanya. "Pak, dimana saya?"
"Kamu ada di rumah sakit, nak!" jawab Dokter.
"Siapa yang mengantarkan saya ke sini, pak?"
Seseorang dengan kaos putih dan celana pendek kuning."
Rian langsung mengingat sekali lagi. Umm... Kaos putih. Ya, sahabatnya mengenakan kaos putih. Celana pendek kuning? Huummm... Mungkin saja. Dia selalu mengenakan celana pendek kuning ketika di rumah.
"Dan tambahan juga, kamu harus beristirahat selama 2 minggu" tambah dokter.
Ughh...., batinnya.
* * *
Saat Rian 'bebas dari kamar yang tidak menyenangkan, dia pergi ke sekolah dengan kursi rodannya seorang diri. Ketika sampai, dia disambut oleh teman karena kerinduannya. Ada juga yang terheran-heran.
Saat masuk kelas, guru matematika langsung mengecek kehadiran siswa. "Tio?"
"Sakit, bu!" jawab para siswa.
Rian yang duduk di sebelah Tio langsung melihat bangkunya. Dia lalu merasakan kebahagiaan bercampur kekecewaan. Dia mungkin akan menjadikan Tio sebagai teman biasa atau bahkan menjadi musuh bagi dirinnya.
* * *
Narator: "SELAMAT! ANDA BERHASIL membaca cerita gaje ini!" *ga penting*
* * *
0 komentar:
Posting Komentar
Jika anda puas, anda dapat mengomentari postingan ini bila perlu. Jangan nge-spam maupun promosi di blog ini.